Muzeyyen Salik Banner

Manfaat Dan Bacaan Lengkap Surat Maryam Untuk Ibu Hamil

Surat Maryam Untuk Ibu Hamil
Setiap perempuan pasti mendambakan menjadi seorang ibu. Seperti saya sendiri contohnya, yang Alhamdulillah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk mendapatkan momongan lagi.

Menjadi seorang ibu membawa saya mendalami perjalanan spiritual yang lebih mendekatkan saya dan selalu bersyukur kepada Ilahi.

Menurut saya kehamilan adalah masa yang penuh dengan kebahagiaan. Tetapi bisa saja menjadi masa yang penuh tantangan bagi sebagian perempuan.

Ada beberapa tradisi misalnya tradisi jawa, maupun tradisi islam yang mungkin harus dijalani untuk kelancaran bahkan keselamatan jabang bayi.

Dalam tradisi islam sendiri, ada banyak ajaran dan doa yang sangat baik untuk ibu hamil. Salah satu doa yang bisa kita amalkan adalah Surat Maryam dalam Al-quran.

Makna Surat Maryam

Surat Maryam merupakan surat ke-19 di dalam Al-Quran yang terdiri dari 98 ayar dan di turunkan di Mekkah.

Surat ini memberikan gambaran tentang kehidupan dan kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Maryam (Maria), ibu dari Nabi Isa (Yesus).

Selain itu, di dalam Surat Maryam juga terdapat berbagai peristiwa dan kisah nabi lainnya, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya.

Maryam merupakan sosok yang sangat penting dalam islam. Perjalanan hidupnya menggambarkan kesabaran, kesetiaan, serta imannya yang mendalam. Pada saat Maryam menerima kabar bahwa dia akan melahirkan seorang anak tanpa seorang ayah, ada banyak tantangan besar yang harus dia hadapi.

Meskipun dalam keadaan yang sangat sulit, dia tetap teguh dan percaya kepada Allah SWT. Kisah Maryam memberikan banyak pelajaran bagi ibu hamil.
Surat Maryam Untuk Ibu Hamil

Pelajaran Dan Kisah Maryam Untuk Ibu Hamil

Keteguhan Hati Dan Kekuatan Iman

Maryam menghadapi situasi yang sangat sulit, yaitu kehamilannya tanpa suami, yang pada zamannya dulu dianggap sebagai stigma sosial yang berat. Tetapi dia tetap teguh, atas imannya.

Kisah Maryam bisa menjadi pengingat untuk ibu hamil, yang mungkin sedang menghadapi cobaan hidup, untuk selalu menguatkan iman dan memantapkan keteguhan hati, karena ini adalah salah satu kunci untuk menghadapi cobaan.

Dengan selalu mengingat dan berdoa kepada Allah SWT, kita semua akan mendapatkan kekuatan serta dapat mengatasi segala cobaan.

Keberanian Dan Kepatuhan Kepada Allah SWT

Maryam dikisahkan tetap patuh kepada Allah SWT, meskipun dia tidak tahu bagaimana masa depannya nanti.

Keberaniannya untuk menerima takdir serta menjalani kehidupan dengan penuh kepercayaan bisa menjadikan pelajaran berharga bagi semua ibu hamil.

Ini semua dapat mengajarkan kita untuk menerima segala perubahan yang datang pada saat kehamilan, dan bersabar menghadapi cobaan yang mungkin akan terjadi.

Kehadiran Dan Pertolongan Allah SWT

Di dalam surat Maryam ini, kita akan melihat Maryam menerima bantuan dan pertolongan Allah SWT saat dia membutuhkan.

Allah SWT mengirimkan malaikat untuk memberikan kabar baik dan memberikan nasihat saat dia merasa putus asa. Ini adalah pengingat kepada ibu yang sedang hamil bahwa kita tidak sendirian. Pertolongan akan selalu ada jika kita percaya dan berdoa kepada Allah SWT.
Surat Maryam Untuk Ibu Hamil

Praktik Dan Pelajaran Surat Maryam Dalam Kehidupan Sehari-Sehari

Doa dan Dzikir

Mengamalkan doa dan dzikir adalah cara yang efektif untuk menenangkan pikiran dan hati.

Menghafalkan dan membaca doa-doa yang berkaitan dengan kehamilan, serta membaca Surat Maryam, dapat memberikan ketenangan dan rasa aman.

Sedangkan dengan berdzikir secara rutin dapat membantu mengatasi stress serta kekhawatiran saat kehamilan.

Menjaga Kesehatan Mental Dan Emosional

Maryam menunjukan keteguhan dalam menghadapi tantangan, ini dapat menjadikan pelajaran bagi ibu hamil untuk belajar menjaga kesehatan mental serta emosional dengan cara yang sama.

Menghadapi kehamilan dengan sikap yang positif dan mencari dukungan dari keluarga dan teman dapat membantu mengurangi stress.

Jika diperlukan, kita bisa konsultasi kepada doktor atau ahli kesehatan mental yang merupakan salah satu langkah yang bijaksana juga.

Menciptakan Lingkungan Yang Positif

Lingkungan yang positif dan penuh kasih sayang dapat mendukung kesejahteraan ibu hamil. Menciptakan suasana rumah yang nyaman, menghindari konflik, dan berfokus pada kegiatan yang menyenangkan bisa memperbaiki mood pada saat kehamilan.

Kita juga bisa sejenak merenung dan berdoa, seperti yang dilakukan Maryam, untuk menguatkan diri dan menjaga hubungan spiritual yang dalam.

Pendekatan Kepada Allah Swt

Pada masa kehamilan biasanya kita lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam rutinitas sehari-hari.

Misalnya, menjalani kehidupan yang sesuai ajaran agama, beramal, berdoa yang dapat memberikan rasa damai.

Maryam menunjukan bagaimana menjalani hidup yang sesuai dengan ajaran agama dapat membawa berkah dan perlindungan.

Manfaat Membaca Surat Maryam Bagi Ibu Hamil

  • Menguatkan keimanan
  • Sebagai bentuk ikhtiar
  • Sebagai doa agar anak berbakti, sholeh dan sholekhah
  • Menumbuhkan prasangka baik
  • Sebagai pengingat adanya hari akhir
  • Doa agar dimudahkan dalam persalinan
  • Mendapatkan rahmat dan ridho Allah
  • Harapan untuk kesuburan kandungan
Surat Maryam Untuk Ibu Hamil

Bacaan Surat Maryam Ayat 1-98

كۤهٰيٰعۤصۤ ۚ
Kaf Ha Ya ‘Ain Shad.
1. Kaf Ha Ya ‘Ain Shad.

ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهٗ زَكَرِيَّا ۚ
żikru raḥmati rabbika 'abdahụ zakariyyā
2. Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,

اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ نِدَاۤءً خَفِيًّا
iż nādā rabbahụ nid&`an khafiyyā
3. (yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا
qāla rabbi innī wahanal-'aẓmu minnī wasyta'alar-ra`su syaibaw wa lam akum bidu'&`ika rabbi syaqiyyā
4. Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.

وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ
wa innī khiftul-mawāliya miw war&`ī wa kānatimra`atī 'āqiran fa hab lī mil ladungka waliyyā
5. Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu,

يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
yariṡunī wa yariṡu min āli ya'qụba waj'al-hu rabbi raḍiyyā
6. yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”

يٰزَكَرِيَّآ اِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلٰمِ ِۨاسْمُهٗ يَحْيٰىۙ لَمْ نَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا
yā zakariyy& innā nubasysyiruka bigulāminismuhụ yaḥyā lam naj'al lahụ ming qablu samiyyā
7. (Allah berfirman), “Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.”

قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا وَّقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا
qāla rabbi annā yakụnu lī gulāmuw wa kānatimra`atī 'āqiraw wa qad balagtu minal-kibari 'itiyyā
8. Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”

قَالَ كَذٰلِكَۗ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَّقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا
qāla każālik, qāla rabbuka huwa 'alayya hayyinuw wa qad khalaqtuka ming qablu wa lam taku syai`ā
9. (Allah) berfirman, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.”

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗقَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَيَالٍ سَوِيًّا
qāla rabbij'al lī āyah, qāla āyatuka allā tukalliman-nāsa ṡalāṡa layālin sawiyyā
10. Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” (Allah) berfirman, “Tandamu ialah engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat.”

فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا
fa kharaja 'alā qaumihī minal-miḥrābi fa auḥ& ilaihim an sabbiḥụ bukrataw wa 'asyiyyā
11. Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.

يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍ ۗوَاٰتَيْنٰهُ الْحُكْمَ صَبِيًّاۙ
yā yaḥyā khużil-kitāba biquwwah, wa ātaināhul-ḥukma ṣabiyyā
12. ”Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak,

وَّحَنَانًا مِّنْ لَّدُنَّا وَزَكٰوةً ۗوَكَانَ تَقِيًّا ۙ
wa ḥanānam mil ladunnā wa zakāh, wa kāna taqiyyā
13. dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa,

وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
wa barram biwālidaihi wa lam yakun jabbāran 'aṣiyyā
14. dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.

وَسَلٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوْتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
wa salāmun 'alaihi yauma wulida wa yauma yamụtu wa yauma yub'aṡu ḥayyā
15. Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ مَرْيَمَۘ اِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ اَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا ۙ
ważkur fil-kitābi maryam, iżintabażat min ahlihā makānan syarqiyyā
16. Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Al-Qur'an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis),

فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًاۗ فَاَرْسَلْنَآ اِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
fattakhażat min dụnihim ḥijābā, fa arsaln& ilaihā rụḥanā fa tamaṡṡala lahā basyaran sawiyyā
17. lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.

قَالَتْ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِالرَّحْمٰنِ مِنْكَ اِنْ كُنْتَ تَقِيًّا
qālat innī a'ụżu bir-raḥmāni mingka ing kunta taqiyyā
18. Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”

قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا
qāla innam& ana rasụlu rabbiki li`ahaba laki gulāman zakiyyā
19. Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.”

قَالَتْ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا
qālat annā yakụnu lī gulāmuw wa lam yamsasnī basyaruw wa lam aku bagiyyā
20. Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!”

قَالَ كَذٰلِكِۚ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌۚ وَلِنَجْعَلَهٗٓ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّاۚ وَكَانَ اَمْرًا مَّقْضِيًّا
qāla każālik, qāla rabbuki huwa 'alayya hayyin, wa linaj'alahū āyatal lin-nāsi wa raḥmatam minnā, wa kāna amram maqḍiyyā
21. Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”

۞ فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهٖ مَكَانًا قَصِيًّا
fa ḥamalat-hu fantabażat bihī makānang qaṣiyyā
22. Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا
fa aj&`ahal-makhāḍu ilā jiż'in-nakhlah, qālat yā laitanī mittu qabla hāżā wa kuntu nas-yam mansiyyā
23. Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”

فَنَادٰىهَا مِنْ تَحْتِهَآ اَلَّا تَحْزَنِيْ قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا
fa nādāhā min taḥtih& allā taḥzanī qad ja'ala rabbuki taḥtaki sariyyā
24. Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

وَهُزِّيْٓ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ۖ
wa huzzī ilaiki bijiż'in-nakhlati tusāqiṭ 'alaiki ruṭaban janiyyā
25. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.

فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًا ۚفَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ
fa kulī wasyrabī wa qarrī 'ainā, fa immā tarayinna minal-basyari aḥadan fa qụlī innī nażartu lir-raḥmāni ṣauman fa lan ukallimal-yauma insiyyā
26. Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”

فَاَتَتْ بِهٖ قَوْمَهَا تَحْمِلُهٗ ۗقَالُوْا يٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًٔا فَرِيًّا
fa atat bihī qaumahā taḥmiluh, qālụ yā maryamu laqad ji`ti syai`an fariyyā
27. Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.

يٰٓاُخْتَ هٰرُوْنَ مَا كَانَ اَبُوْكِ امْرَاَ سَوْءٍ وَّمَا كَانَتْ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ
ya ukhta hārụna mā kāna abụkimra`a sau`iw wa mā kānat ummuki bagiyyā
28. Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”

فَاَشَارَتْ اِلَيْهِۗ قَالُوْا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِى الْمَهْدِ صَبِيًّا
fa asyārat ilaīh, qālụ kaifa nukallimu mang kāna fil-mahdi ṣabiyyā
29. Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
qāla innī 'abdullāh, ātāniyal-kitāba wa ja'alanī nabiyyā
30. Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ
wa ja'alanī mubārakan aina mā kuntu wa auṣānī biṣ-ṣalāti waz-zakāti mā dumtu ḥayyā
31. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا
wa barram biwālidatī wa lam yaj'alnī jabbāran syaqiyyā
32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا
was-salāmu 'alayya yauma wulittu wa yauma amụtu wa yauma ub'aṡu ḥayyā
33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

ذٰلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚقَوْلَ الْحَقِّ الَّذِيْ فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ
żālika 'īsabnu maryam, qaulal-ḥaqqillażī fīhi yamtarụn
34. Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.

مَا كَانَ لِلّٰهِ اَنْ يَّتَّخِذَ مِنْ وَّلَدٍ سُبْحٰنَهٗ ۗاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ۗ
mā kāna lillāhi ay yattakhiża miw waladin sub-ḥānah, iżā qaḍ& amran fa innamā yaqụlu lahụ kun fa yakụn
35. Tidak patut bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

وَاِنَّ اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ
wa innallāha rabbī wa rabbukum fa'budụh, hāżā ṣirāṭum mustaqīm
36. (Isa berkata), “Dan sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.”

فَاخْتَلَفَ الْاَحْزَابُ مِنْۢ بَيْنِهِمْۚ فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
fakhtalafal-aḥzābu mim bainihim, fa wailul lillażīna kafarụ mim masy-hadi yaumin 'aẓīm
37. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka (Yahudi dan Nasrani). Maka celakalah orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang agung!

اَسْمِعْ بِهِمْ وَاَبْصِرْۙ يَوْمَ يَأْتُوْنَنَا لٰكِنِ الظّٰلِمُوْنَ الْيَوْمَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
asmi' bihim wa abṣir yauma ya`tụnanā lākiniẓ-ẓālimụnal-yauma fī ḍalālim mubīn
38. Alangkah tajam pendengaran mereka dan alangkah terang penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.

وَاَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ اِذْ قُضِيَ الْاَمْرُۘ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ وَّهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
wa anżir-hum yaumal-ḥasrati iż quḍiyal-amr, wa hum fī gaflatiw wa hum lā yu`minụn
39. Dan berilah mereka peringatan (Muhammad) tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus, sedang mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman.

اِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْاَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَاِلَيْنَا يُرْجَعُوْنَ
innā naḥnu nariṡul-arḍa wa man 'alaihā wa ilainā yurja'ụn
40. Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami mereka dikembalikan.

İوَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا
ważkur fil-kitābi ibrāhīm, innahụ kāna ṣiddīqan nabiyyā
41. Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur'an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan, seorang Nabi.

اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔا
iż qāla li`abīhi y& abati lima ta'budu mā lā yasma'u wa lā yubṣiru wa lā yugnī 'angka syai`ā
42. (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?

يٰٓاَبَتِ اِنِّي قَدْ جَاۤءَنِيْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِيْٓ اَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
yaa abati innī qad j&`anī minal-'ilmi mā lam ya`tika fattabi'nī ahdika ṣirāṭan sawiyyā
43. Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

يٰٓاَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطٰنَۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلرَّحْمٰنِ عَصِيًّا
yaaaa abati lā ta'budisy-syaiṭān, innasy-syaiṭāna kāna lir-raḥmāni 'aṣiyyā
44. Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

يٰٓاَبَتِ اِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يَّمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحْمٰنِ فَتَكُوْنَ لِلشَّيْطٰنِ وَلِيًّا
yaaaa abati innī akhāfu ay yamassaka 'ażābum minar-raḥmāni fa takụna lisy-syaiṭāni waliyyā
45. Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi setan.”

قَالَ اَرَاغِبٌ اَنْتَ عَنْ اٰلِهَتِيْ يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ لَاَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِيْ مَلِيًّا
qāla a rāgibun anta 'an ālihatī y& ibrāhīm, la`il lam tantahi la`arjumannaka wahjurnī maliyyā
46. Dia (ayahnya) berkata, “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.”

قَالَ سَلٰمٌ عَلَيْكَۚ سَاَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّيْۗ اِنَّهٗ كَانَ بِيْ حَفِيًّا
qāla salāmun 'alaīk, sa`astagfiru laka rabbī, innahụ kāna bī ḥafiyyā
47. Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

وَاَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَاَدْعُوْ رَبِّيْۖ عَسٰٓى اَلَّآ اَكُوْنَ بِدُعَاۤءِ رَبِّيْ شَقِيًّا
wa a'tazilukum wa mā tad'ụna min dụnillāhi wa ad'ụ rabbī 'as& all& akụna bidu'&`i rabbī syaqiyyā
48. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.”

فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۙوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَۗ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا
fa lamma'tazalahum wa mā ya'budụna min dụnillāhi wahabnā lahū is-ḥāqa wa ya'qụb, wa kullan ja'alnā nabiyyā
49. Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yakub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi.

وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِّنْ رَّحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
wa wahabnā lahum mir raḥmatinā wa ja'alnā lahum lisāna ṣidqin 'aliyyā
50. Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ مُوْسٰٓىۖ اِنَّهٗ كَانَ مُخْلَصًا وَّكَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا
ważkur fil-kitābi mụs& innahụ kāna mukhlaṣaw wa kāna rasụlan nabiyyā
51. Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Musa di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar orang yang terpilih, seorang rasul dan nabi.

وَنَادَيْنٰهُ مِنْ جَانِبِ الطُّوْرِ الْاَيْمَنِ وَقَرَّبْنٰهُ نَجِيًّا
wa nādaināhu min jānibiṭ-ṭụril-aimani wa qarrabnāhu najiyyā
52. Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung (Sinai) dan Kami dekatkan dia untuk bercakap-cakap.

وَوَهَبْنَا لَهٗ مِنْ رَّحْمَتِنَآ اَخَاهُ هٰرُوْنَ نَبِيًّا
wa wahabnā lahụ mir raḥmatin& akhāhu hārụna nabiyyā
53. Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat Kami kepadanya, yaitu (bahwa) saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi.

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِسْمٰعِيْلَ ۖاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا ۚ
ważkur fil-kitābi ismā'īla innahụ kāna ṣādiqal-wa'di wa kāna rasụlan nabiyyā
54. Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.

وَكَانَ يَأْمُرُ اَهْلَهٗ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِۖ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهٖ مَرْضِيًّا
wa kāna ya`muru ahlahụ biṣ-ṣalāti waz-zakāti wa kāna 'inda rabbihī marḍiyyā
55. Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridai di sisi Tuhannya.

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِدْرِيْسَۖ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا ۙ
ważkur fil-kitābi idrīsa innahụ kāna ṣiddīqan nabiyyā
56. Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi,

وَّرَفَعْنٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا
wa rafa'nāhu makānan 'aliyyā
57. dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْرَاۤءِيْلَ ۖوَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَاۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا ۩
ulaa`ikallażīna an'amallāhu 'alaihim minan-nabiyyīna min żurriyyati ādama wa mim man ḥamalnā ma'a nụḥiw wa min żurriyyati ibrāhīma wa isr&`īla wa mim man hadainā wajtabainā, iżā tutlā 'alaihim āyātur-raḥmāni kharrụ sujjadaw wa bukiyyā
58. Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.

۞ فَخَلَفَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ۙ
fa khalafa mim ba'dihim khalfun aḍā'uṣ-ṣalāta wattaba'usy-syahawāti fa saufa yalqauna gayyā
59. Kemudian datanglah setelah mereka pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,

اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ شَيْـًٔا ۙ
illā man tāba wa āmana wa 'amila ṣāliḥan fa ul&`ika yadkhulụnal-jannata wa lā yuẓlamụna syai`ā
60. Kecuali orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizalimi (dirugikan) sedikit pun,

جَنّٰتِ عَدْنِ ِۨالَّتِيْ وَعَدَ الرَّحْمٰنُ عِبَادَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّهٗ كَانَ وَعْدُهٗ مَأْتِيًّا
jannāti 'adninillatī wa'adar-raḥmānu 'ibādahụ bil-gaīb, innahụ kāna wa'duhụ ma`tiyyā
61. yaitu surga ‘Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sungguh, (janji Allah) itu pasti ditepati.

لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا اِلَّا سَلٰمًاۗ وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيْهَا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا
lā yasma'ụna fīhā lagwan illā salāmā, wa lahum rizquhum fīhā bukrataw wa 'asyiyyā
62. Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang tidak berguna, kecuali (ucapan) salam. Dan di dalamnya bagi mereka ada rezeki pagi dan petang.

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِيْ نُوْرِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا
tilkal-jannatullatī nụriṡu min 'ibādinā mang kāna taqiyyā
63. Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.

وَمَا نَتَنَزَّلُ اِلَّا بِاَمْرِ رَبِّكَۚ لَهٗ مَا بَيْنَ اَيْدِيْنَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذٰلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا ۚ
wa mā natanazzalu illā bi`amri rabbik, lahụ mā baina aidīnā wa mā khalfanā wa mā baina żālika wa mā kāna rabbuka nasiyyā
64. Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang ada di antara keduanya, dan Tuhanmu tidak lupa.

رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهٖۗ هَلْ تَعْلَمُ لَهٗ سَمِيًّا
rabbus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā fa'bud-hu waṣṭabir li'ibādatih, hal ta'lamu lahụ samiyyā
65. (Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?

وَيَقُوْلُ الْاِنْسَانُ ءَاِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ اُخْرَجُ حَيًّا
wa yaqụlul-insānu a iżā mā mittu lasaufa ukhraju ḥayyā
66. Dan orang (kafir) berkata, “Betulkah apabila aku telah mati, kelak aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan hidup kembali?”

اَوَلَا يَذْكُرُ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْـًٔا
a wa lā yażkurul-insānu annā khalaqnāhu ming qablu wa lam yaku syai`ā
67. Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) dia belum berwujud sama sekali?

فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيٰطِيْنَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا
fa wa rabbika lanaḥsyurannahum wasy-syayāṭīna ṡumma lanuḥḍirannahum ḥaula jahannama jiṡiyyā
68. Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan Kami kumpulkan mereka bersama setan, kemudian pasti akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut.

ثُمَّ لَنَنْزِعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيْعَةٍ اَيُّهُمْ اَشَدُّ عَلَى الرَّحْمٰنِ عِتِيًّا ۚ
ṡumma lananzi'anna ming kulli syī'atin ayyuhum asyaddu 'alar-raḥmāni 'itiyyā
69. Kemudian pasti akan Kami tarik dari setiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

ثُمَّ لَنَحْنُ اَعْلَمُ بِالَّذِيْنَ هُمْ اَوْ لٰى بِهَا صِلِيًّا
ṡumma lanaḥnu a'lamu billażīna hum aulā bihā ṣiliyyā
70. Selanjutnya Kami sungguh lebih mengetahui orang yang seharusnya (dimasukkan) ke dalam neraka.

وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ۚ
wa im mingkum illā wāriduhā, kāna 'alā rabbika ḥatmam maqḍiyyā
71. Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.

ثُمَّ نُنَجِّى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّنَذَرُ الظّٰلِمِيْنَ فِيْهَا جِثِيًّا
ṡumma nunajjillażīnattaqaw wa nażaruẓ-ẓālimīna fīhā jiṡiyyā
72. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.

وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا بَيِّنٰتٍ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓاۙ اَيُّ الْفَرِيْقَيْنِ خَيْرٌ مَّقَامًا وَّاَحْسَنُ نَدِيًّا
wa iżā tutlā 'alaihim āyātunā bayyināting qālallażīna kafarụ lillażīna āmanū ayyul-farīqaini khairum maqāmaw wa aḥsanu nadiyyā
73. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas (maksudnya), orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, “Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan(nya)?”

وَكَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍ هُمْ اَحْسَنُ اَثَاثًا وَّرِءْيًا
wa kam ahlaknā qablahum ming qarnin hum aḥsanu aṡāṡaw wa ri`yā
74. Dan berapa banyak umat (yang ingkar) yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal mereka lebih bagus perkakas rumah tangganya dan (lebih sedap) dipandang mata.

قُلْ مَنْ كَانَ فِى الضَّلٰلَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمٰنُ مَدًّا ەۚ حَتّٰىٓ اِذَا رَاَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ اِمَّا الْعَذَابَ وَاِمَّا السَّاعَةَ ۗفَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضْعَفُ جُنْدًا
qul mang kāna fiḍ-ḍalālati falyamdud lahur-raḥmānu maddā, ḥatt& iżā ra`au mā yụ'adụna immal-'ażāba wa immas-sā'ah, fa saya'lamụna man huwa syarrum makānaw wa aḍ'afu jundā
75. Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa berada dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan Yang Maha Pengasih memperpanjang (waktu) baginya; sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik azab maupun Kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah bala tentaranya.”

وَيَزِيْدُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اهْتَدَوْا هُدًىۗ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ مَّرَدًّا
wa yazīdullāhullażīnahtadau hudā, wal-bāqiyātuṣ-ṣāliḥātu khairun 'inda rabbika ṡawābaw wa khairum maraddā
76. Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.

اَفَرَاَيْتَ الَّذِيْ كَفَرَ بِاٰيٰتِنَا وَقَالَ لَاُوْتَيَنَّ مَالًا وَّوَلَدًا ۗ
a fa ra`aitallażī kafara bi`āyātinā wa qāla la`ụtayanna mālaw wa waladā
77. Lalu apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari ayat-ayat Kami dan dia mengatakan, “Pasti aku akan diberi harta dan anak.”

اَطَّلَعَ الْغَيْبَ اَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمٰنِ عَهْدًا ۙ
aṭṭala'al-gaiba amittakhaża 'indar-raḥmāni 'ahdā
78. Adakah dia melihat yang gaib atau dia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih?

كَلَّاۗ سَنَكْتُبُ مَا يَقُوْلُ وَنَمُدُّ لَهٗ مِنَ الْعَذَابِ مَدًّا ۙ
kallā, sanaktubu mā yaqụlu wa namuddu lahụ minal-'ażābi maddā
79. Sama sekali tidak! Kami akan menulis apa yang dia katakan, dan Kami akan memperpanjang azab untuknya secara sempurna,

وَّنَرِثُهٗ مَا يَقُوْلُ وَيَأْتِيْنَا فَرْدًا
wa nariṡuhụ mā yaqụlu wa ya`tīnā fardā
80. dan Kami akan mewarisi apa yang dia katakan itu, dan dia akan datang kepada Kami seorang diri.

وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لِّيَكُوْنُوْا لَهُمْ عِزًّا ۙ
wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal liyakụnụ lahum 'izzā
81. Dan mereka telah memilih tuhan-tuhan selain Allah, agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka.

كَلَّا ۗسَيَكْفُرُوْنَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
kallā, sayakfurụna bi'ibādatihim wa yakụnụna 'alaihim ḍiddā
82. Sama sekali tidak! Kelak mereka (sesembahan) itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi mereka.

اَلَمْ تَرَ اَنَّآ اَرْسَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ تَؤُزُّهُمْ اَزًّا ۙ
a lam tara ann& arsalnasy-syayāṭīna 'alal-kāfirīna ta`uzzuhum azzā
83. Tidakkah engkau melihat, bahwa sesungguhnya Kami telah mengutus setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mendorong mereka (berbuat maksiat) dengan sungguh-sungguh?

فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْۗ اِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا ۗ
fa lā ta'jal 'alaihim, innamā na'uddu lahum 'addā
84. Maka janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (memintakan azab) terhadap mereka, karena Kami menghitung dengan hitungan teliti (datangnya hari siksaan) untuk mereka.

يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِيْنَ اِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْدًا
yauma naḥsyurul-muttaqīna ilar-raḥmāni wafdā
85. (Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, bagaikan kafilah yang terhormat,

وَنَسُوْقُ الْمُجْرِمِيْنَ اِلٰى جَهَنَّمَ وِرْدًا ۘ
wa nasụqul-mujrimīna ilā jahannama wirdā
86. dan Kami akan menggiring orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.

لَا يَمْلِكُوْنَ الشَّفَاعَةَ اِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمٰنِ عَهْدًا ۘ
lā yamlikụnasy-syafā'ata illā manittakhaża 'indar-raḥmāni 'ahdā
87. Mereka tidak berhak mendapat syafaat, (pertolongan) kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَدًا ۗ
wa qāluttakhażar-raḥmānu waladā
88. Dan mereka berkata, “(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.”

لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْـًٔا اِدًّا ۙ
laqad ji`tum syai`an iddā
89. Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar,

تَكَادُ السَّمٰوٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْاَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ۙ
takādus-samāwātu yatafaṭṭarna min-hu wa tansyaqqul-arḍu wa takhirrul-jibālu haddā
90. hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu),

اَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمٰنِ وَلَدًا ۚ
an da'au lir-raḥmāni waladā
91. karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.

وَمَا يَنْۢبَغِيْ لِلرَّحْمٰنِ اَنْ يَّتَّخِذَ وَلَدًا ۗ
wa mā yambagī lir-raḥmāni ay yattakhiża waladā
92. Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.

اِنْ كُلُّ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ اِلَّآ اٰتِى الرَّحْمٰنِ عَبْدًا ۗ
ing kullu man fis-samāwāti wal-arḍi ill& ātir-raḥmāni 'abdā
93. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.

لَقَدْ اَحْصٰىهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا ۗ
laqad aḥṣāhum wa 'addahum 'addā
94. Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.

وَكُلُّهُمْ اٰتِيْهِ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فَرْدًا
wa kulluhum ātīhi yaumal-qiyāmati fardā
95. Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari Kiamat.

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا
innallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti sayaj'alu lahumur-raḥmānu wuddā
96. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).

فَاِنَّمَا يَسَّرْنٰهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَتُنْذِرَ بِهٖ قَوْمًا لُّدًّا
fa innamā yassarnāhu bilisānika litubasysyira bihil-muttaqīna wa tunżira bihī qaumal luddā
97. Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur'an) itu dengan bahasamu (Muhammad), agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.

وَكَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍۗ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا
wa kam ahlaknā qablahum ming qarn, hal tuḥissu min-hum min aḥadin au tasma'u lahum rikzā
98. Dan berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka. Adakah engkau (Muhammad) melihat salah seorang dari mereka atau engkau mendengar bisikan mereka?

Penutupan

Surat Maryam merupakan sumber inspirasi yang dapat memberikan pelajaran berharga bagi ibu hamil. Kisah Maryam memberikan pelajaran bagi kita tentang iman, kesabaran, dan keberanian dalam menghadapi cobaan.

Semoga kita semua mendapatkan inspirasi dan kekuatan dalam kisah Maryam yang dapat menghadapi cobaan dengan keikhlasan dan juga kesabaran.

Baca artikel saya selanjutnya tentang,”Surat Yusuf Untuk Ibu Hamil”.
Müzeyyen Salik
Seorang ibu rumah tangga yang menyukai kerajinan tangan, belajar hal baru, dan pantang menyerah.
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar